Aliansi Koin

| EXPANDING BLOCKCHAIN TO NEW HORIZONS

Warga Lebanon Pakai Kripto Untuk Pembayaran

Warga Lebanon

Warga Lebanon telah menggunakan kripto dalam upaya memerangi krisis hiperinflasi yang telah dihadapi negara itu selama bertahun-tahun.

Menurut Bank Dunia, Lebanon sedang berjuang melawan salah satu krisis ekonomi yang paling intens. Hal ini didorong oleh perang yang sedang berlangsung dan kerusuhan sipil yang telah dihadapi negara itu selama bertahun-tahun. Bank-bank di Lebanon memaksa pemotongan besar-besaran pada penarikan dolar.

Menurut keterangan dari beberapa lembaga dunia seperti Bank Dunia mengungkapkan krisis ekonomi dan keuangan Lebanon adalah salah satu yang terburuk yang pernah terjadi di planet ini sejak tahun 1850-an. Pesyarikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 78% dari populasi Lebanon sekarang telah jatuh di bawah garis kemiskinan.

Analis Goldman Sachs memperkirakan kerugian di bank lokal sekitar $65 milyar hingga $70 milyar, angka yang empat kali lipat dari seluruh PDB negara itu. Fitch memproyeksikan inflasi Lebanon naik menjadi 178% tahun ini, lebih buruk daripada di Venezuela dan Zimbabwe.

Warga Lebanon Pakai Tether dan USDT

Untuk memenuhi kebutuhan dalam sistem keuangan yang tidak lagi masuk akal, beberapa orang Lebanon menganggap mata uang kripto sebagai penyelamat untuk bertahan hidup. Beberapa orang menjadi penambang token digital sebagai satu-satunya sumber pendapatan mereka saat mereka mencari pekerjaan. Sebagian lainnya mengatur pertemuan rahasia melalui Telegram untuk menukar tambatan stablecoin dengan dolar AS untuk membeli bahan makanan. Meskipun bentuk adopsi kripto bervariasi tergantung pada orang dan keadaannya.

Semua bisnis elektronik, kafe, dan restoran sekarang menerima pembayaran dalam mata uang kripto karena pound Lebanon terus jatuh ke posisi terendah baru. Warga Lebanon mulai menggunakan Tether dan USDT untuk membeli kebutuhan hidup dasar seperti bahan makanan dan makanan.

Menurut Chainanalysis, Lebanon telah mencatat lonjakan signifikan sebesar 147% dalam jumlah total transaksi kripto yang diproses di wilayah tersebut. Negara ini diposisikan hanya kedua setelah Turki (di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara) dalam hal volume mata uang kripto yang diterima dari negara lain.

Penulis: Ratna Ayu
Sumber: cnbc, chainalysis, dan ethereumworldnews.